KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN
Perkenalkan nama saya Nurul Mustakim dari SMP Negeri 1 Kalianda, Calon Guru Penggerak Angkatan 11 tahun 2024. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi pengetahuan tentang Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin.yang terangkum dalam dalam Koneksi Antar materi Modul 3.1. Terima kasih saya ucapkan kepada Fasilitator Ibu Novi Niari, M.Pd yang sangat luar biasa, Pangajar Praktik bapak Asis Prasetyo, S.Pd yang telah banyak membimbing saya sejak awal pada Program Pendidikan Guru Penggerak ini. Berikut ulasan saya semoga bermanfaat.
“Mengajarkan
anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama
adalah yang terbaik”
(Teaching
kids to count is fine but teaching them what counts is best)
~Bob
Talbert~
Kutipan di atas mengandung pesan bahwa penting
untuk mengajarkan anak-anak keterampilan dasar seperti menghitung dan berbagai
kompetensi akademis lainnya. Namun ada hal yang lebih penting
adalah mengajarkan mereka nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang lebih tinggi
atau yang dianggap terbaik dalam kehidupan. Seperti mengajarkan
ilmu pengetahuan dan keterampilan teknis harus mencakup juga
pembentukan karakter dan pengembangan etika. Artinya, selain belajar untuk
menghitung dan memiliki keterampilan akademis, anak-anak juga harus diajarkan
tentang moral, nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, empati, tanggung jawab,
dan kualitas-kualitas lainnya yang dianggap sebagai hal yang paling berharga
dalam kehidupan. Pesan ini mengingatkan kita untuk fokus pada pendidikan yang
holistik yang mencakup aspek intelektual dan moral agar anak-anak dapat menjadi
individu yang baik dan berkontribusi positif dalam masyarakat.
Education
is the art of making man ethical
Pendidikan
adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~
Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Kutipan tersebut memiliki relevansi dengan pembelajaran
pengambilan keputusan karena menggarisbawahi pentingnya mengajarkan anak-anak
tidak hanya bagaimana menghitung atau memecahkan masalah secara matematis,
tetapi juga bagaimana membuat keputusan yang baik berdasarkan nilai-nilai dan
prinsip-prinsip yang benar. Ketika anak-anak diajarkan tentang nilai-nilai
seperti kejujuran, integritas, empati, dan tanggung jawab, mereka akan lebih
mampu mengintegrasikan nilai-nilai ini dalam proses pengambilan keputusan
mereka. Keputusan yang diambil dengan berlandaskan pada nilai-nilai ini
cenderung lebih baik dalam jangka panjang. Intinya pembelajaran
pengambilan keputusan adalah bahwa pendekatan pendidikan yang holistik, yang
mencakup pengajaran nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang berharga dalam
kehidupan, dapat membantu anak-anak menjadi pengambil keputusan yang lebih
bijaksana dan bertanggung jawab.
Bagaimana filosofi Ki Hajar
Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan
penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Sebagai seorang guru yang tugas utamanya adalah
mendidik dan membangun kecerdasan murid harus menyadari bahwa setiap apapun
yang kita lakukan akan menjadi sebuah perhatian bagi peserta didik. Kita akan
menjadi model bagi perilaku anak dan keseluruhan sikap mental mereka. Maka
filosofi Ki Hajar Dewantara yang sangat fenomenal dengan semboyan beliau
semboyan ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri
Handayani dengan Pratap Triloka nya harus menjadi acuan dasar bagi
kita dalam melakukan pembelajaran di kelas. Bahkan tidak saja di dalam proses
belajar mengajar di kelas dapat menjadikan filosofi itu sebagai pedoman, di
luar kelas pun sangat efektif dijadikan sebagai pijakan termasuk dalam
kaitannya dengan pengambilan keputusan. Kita harus akui bahwa potensi yang
dimiliki oleh anak sangat beragam. Tidak ada anak yang bodoh, yang ada adalah
bagaimana sikap kita, cara pandang kita, dan perlakuan kita terhadap mereka
yang kemudian akan memberikan dampak yang besar terhadap pengembangan potensi
mereka, baik dari sisi knowledge, attitude, dan pembentukan kecapakan pada
bidang minat dan bakat mereka dalam setiap pembelajaran. Sebab itu menurut
pendapat saya, seorang guru harus objektif menilai seorang anak, dan
proporsional dalam memberikan perlakuan dan perhatian, serta adil dalam
memberikan kasih sayang untuk mereka. Tidak boleh seorang guru membuat
keputusan yang berdasarkan emosional dan atas dasar like or dislike. Dalam
konteks ini kita dapat menerapkan model ataupun medote 4 paradigma pengambilan
keputusan, 3 prinsip penyelesaian dilema, dan 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam
dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam
pengambilan suatu keputusan?
Sesungguhnya cara pandang seorang guru sangat
mempengaruhi penilaian dia terhadap apa yang dilihatnya, hingga pada penilaian
dan pengambilan keputusan akhir. Dari cara pandang atau paradigma sebetulnya
membentuk tatanan nilai-nilai yang diyakini sebagai sebuah kebenaran. Padahal
belum tentu apa yang dilihat tersebut adalah sebuah kebenaran. Artinya cara
pandang yang keliru dapat saja menghasilkan satu kesimpulan yang tidak tepat
dari permasalahan yang dilihat atau dihadapi. Sebab itu, kita tidak boleh
terlalu yakin bahwa nilai-nilai yang selama ini kita anut sebagai sebuah
kebenaran sudah barang tentu itu merupakan kebenaran yang mutlak, apalagi jika
hal itu berkaitan dengan hal-hal yang bersifat dinamis. Memang! Setiap kita
berhak untuk memegang teguh nilai-nilai yang kita bawa sejak lama yang sudah
terbukti itu sebagai kebenaran. Akan tetapi dalam sistem pengambilan keputusan,
kita tidak boleh serta merta menolak satu fakta lain hanya karena tidak sesuai
dengan nilai-nilai yang kita anut dan ada dalam diri kita. Namun akan sangat bijak
apabila kita mengumpulkan lebih banyak fakta, data, informasi, dan kemudian
kita konfirmasi serta validasi. Setelah itu baru dirancang model pengambilan
keputusan yang tepat. Dengan cara seperti ini, maka nilai-nilai kebenaran,
keadilan, dan kemandirian akan hadir dalam keputusan yang kita ambil. Sehingga
hasilnya akan menghadirkan win-win solution (menang-menang).
Sebaliknya juga kita harus mampu mengenali kekurangan dalam diri, bahwa kita
juga lahir dari sebuah komunitas yang selama hidup kita telah menanamkan
nilai-nilai tertentu. Namun semua itu belum tentu cocok dan sesuai jika kita
terapkan pada semua situasi, kondisi, dan tempat, karena pasti ada
perbedaan-perbedaan nilai juga diterapkan pada tempat lain. Secara umum seorang
guru tentu saja harus memiliki nilai-nilai kebaikan, kejujuran, tanggung
jawab, disiplin, toleransi, gotong-royong dan nilai kebaikan lainnya dalam
dirinya. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang berlaku secara universal
dalam hidup setiap anak dan warga sekolah, dan sangat berpengaruh terhadap
model pengambilan keputusan. Selain itu seorang guru juga harus dapat
berpikir berbasis pada hasil akhir (Ends-Based Thinking), berpikir berbasis
peraturan (Rule-Based Thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based
Thinking) agar menghadirkan cara pandang yang tepat dan mendekati ideal.
Bagaimana materi pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau
fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian
pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan
tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas
pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh
sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Kegiatan terbimbing yang saya lakukan bersama
fasilitator dan pengajar praktik selama mengikuti Pendidikan guru
penggerak telah memberikan pengaruh besar terhadap pola pengambilan keputusan
yang saya ambil. Kegiatan pembimbingan tersebut telah membantu saya untuk
melihat kembali dan melakukan evaluasi bagaimana keputusan-keputusan yang
pernah saya buat. Apakah sudah sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku? Apakah
sudah sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai umum yang dianut? Apakah
keputusan itu berdampak baik untuk semua? Apakah keputusan itu dapat
dipertanggungjawabkan secara moral? Seorang pendidik pasti tidak selalu benar ataupun tidak selalu salah. Terkadang rasa
ketidaksukaan terhadap sesuatu telah menggiring dirinya untuk membuat keputusan
yang mengabaikan rasa adil, kasih sayang, dan justru terkesan menghukum secara
berlebihan. Rasa seperti ini sering tidak disadari oleh seorang guru. Hal itu
bisa disebabkan oleh emosi yang tidak terkendali, egoisme, dan tidak mampu
menempatkan diri pada posisi yang seharusnya. Sehingga guru bisa terjerumus
pada sikap pribadi yang di luar kontrol. Oleh sebab itu, maka sangat penting
bagi seorang guru untuk melakukan pendekatan coaching dalam menyelesaikan
setiap permasalahan. Sehingga nilai-nilai dan itikad baik dalam membuat
keputusan akan berdampak positif saat keputusan tersebut dibuat. Saya sangat
bersyukur karena dalam program Pendidikan guru penggerak terdapat pembelajaran
yang sangat efektif tentang bagaimana seorang pemimpin pembelajaran menggunakan
motode coaching sebagai pendekatan dalam membuat keputusan, dan itu
saya rasakan sangat efektif sekali. Kata fasilitator saya
sesi coaching membantu diri kita dalam memaksimalkan potensi yang ada
dalam memecahkan permasalahan saat menjadi pemimpin pembelajaran. Sehingga saat
menentukan suatu permasalahan, dilema etika seorang guru mampu mengidentifikasi
suatu permasalahan dengan tehnik coaching, akhirnya dapat
menghasilkan keputusan yang tepat dan berpihak pada murid.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan
menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu
keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kita harus ingat bahwa setiap anak atau peserta
didik itu unik. Karena keunikan tersebut, maka pendekatan yang kita pilih
adalah yang berpihak kepada murid. Guru haruslah bersifat terbuka, toleran dan
responsif terhadap kebutuhan murid. Seorang guru dapat membantu peserta
didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam mengelola
emosi untuk membangun hubungan yang sehat dan menetapkan tujuan yang baik dalam
mengambil segala keputusan sehingga akan dapat terhindar dari problem dilemma
etika. Sebagimana kita ketahui lima unsur Kompetensi Sosial Emosional (KSE)
Guru Penggerak dapat diterapkan pada proses pembelajaran yaitu kesadaran diri,
pengelolaan diri (manajemen diri), kesadaran sosial, kemudian keterampilan
berelasi serta pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Kesadaran diri
yaitu kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri,
dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks
kehidupan. Manajemen diri yaitu kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan
perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan
dan aspirasi. Kesadaran sosial merupakan kemampuan untuk memahami sudut pandang
dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar
belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda. Keterampilan berelasi adalah
kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan
suportif. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, yakni kemampuan untuk
mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas
dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk
mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku
untuk kesejahteraan psikologis (well being) diri sendiri, masyarakat, dan
kelompok. Namun yang lebih penting dan sebagai prinsip mendasar adalah guru
sendiri juga harus memiliki kesadaran diri yang baik dan mampu mengendalikan
emosi diri. Seorang guru harus menyadari bahwa dirinya dalam melakukan
pekerjaan harus bersungguh-sungguh dan profesional.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang
fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut
seorang pendidik?
Nilai-nilai yang dianut oleh seorang guru haruslah
mampu menghadirkan perubahan yang lebih maju baru dirinya, peserta didik, warga
sekolah, dan masyarakat luas pada umumunya. Guru dapat menanamkan nilai
inovatif, kolaboratif, dan mandiri dalam dirinya untuk melahirkan sebuah
kebijakan dan kebijaksanaan dalam membuat keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran. Melalui nilai-nilai tersebut seorang guru akan terbentuk menjadi
pemimpin pembelajaran yang sesungguhnya atau orisiniltas pendididik yang
memiliki jati diri yang mengedepankan moralitas dan etika. Dalam pengambilan
keputusan seorang pemimpin pembelajaran dapat menggali berbagai nilai dan
alternatif yang nantinya memberikan dampak positif bagi seluruh pemangku
kepentingan, tidak aja pihak sekolah tetapi juga masyarakat yang terlibat dalam
pembelajaran sekolah.
Bagaimana pengambilan keputusan yang
tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat tentunya harus
dilakukan dengan berdasarkan pada fakta yang otentik, logis, objektif,
dan memenuhi aspek keuntungan semua pihak yang terlibat dan dilibatkan. Sebelum
sampai pada fase pembuatan keputusan, seorang pemimpin pembelajaran harus
terlebih dahulu mendengarkan masukan atau pendapat semua pihak, mengajak mereka
untuk mengungkapkan alasan-alasan mengapa suatu perbuatan itu dilakukan, dan
keputusan yang bagaimana yang pantas untuk diambil demi kepentingan bersama.
Berpijak pada aturan yang berlaku memang harus diprioritaskan, namun
pengambilan keputusan yang tepat itu tidak selalu menggunakan pendekatan
yuridis formal yang diberlakukan di sekolah yang memuat sejumlah sanksi bagi
yang melanggar. Sedangkan dalam konteks etika, perbuatan tersebut dapat
dibenarkan. Artinya di sini terjadi sebuah dilema etika. Bagi seorang pendidik
atau pemimpin pembelajaran, penting sekali untuk mengedepankan pendekatan
edukasi, kebijaksanaan, kejujuran dan seimbang dalam membuat sebuah keputusan.
Sehingga keputusan tersebut akan mengikat para pihak secara psikologis tanpa
perlu menekankan hukuman/sanksi. Dengan demikian keputusan tersebut akan
memberikan dampak positif dalam lingkungan sekolah, dapat menciptakan suasana
yang kondusif dan damai, serta pada akhirnya akan tercipta rasa aman dan
melahirkan kenyamanan bagi seluruh warga sekolah, peserta didik, dan pihak
lainnya.
Apakah tantangan-tantangan di
lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap
kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma
di lingkungan Anda?
Pengambilan keputusan yang dilakukan berlandaskan
atas tiga prinsip penyelesaian dilema etika, yaitu Berpikir Berbasis Hasil
Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based
Thinking) ataukah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based
Thinking). Pemilihan prinsip tersebut tentunya disesuaikan dengan situasi
dan kondisi yang ada. Meskipun setiap keputusan pasti ada risiko, pro dan
kontra, namun hal ini menjadikan salah satu tantangan tersendiri. Tantangan
yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus yang sifatnya
dilema etika adalah perasaan tidak enak yang timbul karena tidak dapat
memuaskan semua pihak. Namun dengan mengikuti sembilan langkah pengambilan
keputusan dapat mengurangi perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil
dapat diterima oleh semua pihak. Tentu saja memiliki kaitan dengan perubahan
paradigma di lingkungan sekolah terutama Ketika sebuah keputusan yang kita
ambil itu merupakan bagian dari perintah atasan misalnya Kepala Sekolah.
Perubahan paradigma tersebut kemudian tercipta lewat penjelasan yang lebih arif
kepada kepala sekolah agar dalam membuat keputusan sejatinya adalah untuk
meningkatkan partisipasi warga sekolah dalam mendukung pembelajaran yang
berpihak kepada murid.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan
yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita
yang berbeda-beda?
Setiap keputusan yang dibuat oleh seorang guru akan
memberi pengaruh terhadap pengajaran murid-murid atau peserta didik. Pengaruh
tersebut bisa positif dan dapat pula negatif. Namun yang lebih penting sebagai
landasan dalam membuat keputusan harus mengasilkan kemungkinan semakin
meningkatnya pengajaran yang memerdekakan murid. Peserta didik harus menjadi
prioritas dari para pendidik agar mereka mendapatkan hasil belajar yang lebih
baik dari proses pembelajaran yang berpihak pada mereka. Keputusan pembelajaran
yang tepat oleh seorang pendidik dilakukan berdasar pada potensi peserta didik
yang berbeda-beda disebabkan adanya perbedaan bakat, minat, gaya belajar, dan
mengenali karakteristik unik yang dimiliki. Berangkat dari hasil asesmen dan
observasi tersebut, kita sebagai pendidik kemudian memutuskan pengajaran yang
paling sesuai dengan kebutuhan mereka, baik dari sisi konten, media yang
digunakan, hingga model dan metode pembelajaran yang dipilih. Dengan kata lain
pendekatan pembelajaran diferensiasi dapat menjadi alternatif pertama yang
menciptakan merdeka belajar peserta didik.
Bagaimana seorang pemimpin
pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa
depan murid-muridnya?
Manakala seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran
membuat sebuah keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat
dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif
, inovatif serta mandiri dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa
depan mereka sendiri kelak. Dimasa depan mereka akan tumbuh menjadi
individu-individu yang bijak, tangguh, dan penuh pertimbangan dalam membuat
keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya. Keputusan
yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi
apabila digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di
masa yang akan datang. Bagitu pula sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak
diambil dengan bijaksana, maka bisa jadi akan berdampak sangat buruk bagi masa
depan murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui
pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan
terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian
dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten,
diferensiasi proses dan diferensiasi produk.
Apakah kesimpulan akhir yang
dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan
modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari
pembelajaran modul pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan
sebagai seorang pemimpin keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya
adalah Modul pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan
sebagai seorang pemimpin adalah membantu kita memahami pentingnya integritas
dan etika dalam proses pengambilan keputusan. Nilai-nilai seperti kejujuran,
keadilan, dan tanggung jawab yang ditekankan dalam modul-modul sebelumnya,
terutama dalam filosofi Ki Hajar Dewantara, menjadi dasar penting dalam
pengambilan keputusan yang etis dan bermoral. Visi pendidikan yang berorientasi
pada siswa seperti pengambilan keputusan dan nilai-nilai guru penggerak
menekankan pentingnya berfokus pada kepentingan siswa. Keputusan-keputusan yang
diambil harus memprioritaskan pembelajaran dan perkembangan siswa, sejalan
dengan visi-visi sekolah penggerak yang berfokus pada menciptakan lingkungan
pendidikan yang mendukung perkembangan holistik siswa. Kemudian pendekatan yang
inklusif dan berpusat pada siswa, pengambilan keputusan juga mendukung
pendekatan inklusif yang mencakup perbedaan individu. Ini sesuai dengan
visi-visi sekolah penggerak yang menghargai keberagaman dan mencoba memenuhi
kebutuhan semua siswa. Sehingga mencerminkan pentingnya kepemimpinan yang
berfokus pada pencapaian hasil yang positif dalam pendidikan.
Keputusan-keputusan yang diambil harus memiliki tujuan jangka panjang yang
jelas, sesuai dengan visi-visi sekolah penggerak untuk meraih prestasi akademik
yang baik dan perkembangan siswa yang holistik. Secara keseluruhan, modul
pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang
pemimpin menjadi titik akhir dalam pemahaman dan penerapan nilai-nilai
dan filosofi pendidikan yang telah dipelajari sepanjang perjalanan
pembelajaran. Dengan pengambilan keputusan yang bijaksana, berorientasi pada
etika, dan berpusat pada siswa, pemimpin pendidikan dapat berkontribusi positif
dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung perkembangan dan
kesuksesan siswa.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang
konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan
bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan
keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal
yang menurut Anda di luar dugaan?
Pemahaman tentang konsep-konsep yang telah saya
pelajari antara lain; dilema etika dan dilema moral adalah dua konsep terkait
dalam konteks pengambilan keputusan yang melibatkan pertimbangan nilai-nilai
dan prinsip-prinsip moral tetapi keduanya memiliki perbedaan dalam lingkup dan
aspek-aspek tertentu. Dilema moral adalah cenderung lebih spesifik dan
berfokus pada situasi atau tindakan tertentu yang melibatkan pertimbangan
nilai-nilai moral. Sedangkan dilema etika adalah memiliki cakupan yang
lebih luas. Ini mencakup pertimbangan nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan
norma-norma moral yang lebih umum, dan seringkali melibatkan pertimbangan etika
yang lebih abstrak atau konsep-konsep seperti keadilan, kebebasan, dan hak
asasi manusia. Kemudian 4 paradigma pengambilan keputusan yaitu;
1)
individu lawan kelompok (individual vs community). Paradigma ini
lebih menekankan peran individu, sementara yang lain lebih menekankan peran
kelompok dalam proses pengambilan keputusan;
2)
rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy). Pengambilan
keputusan yang rasional akan mempertimbangkan fakta dan data secara objektif
untuk mencapai hasil yang adil dan berdasarkan prinsip-prinsip keadilan;
3)
kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty). Dalam paradigma ini,
penekanan utama adalah pada mencari kebenaran dan mengambil keputusan
berdasarkan fakta dan data yang tersedia;
4) Angka pendek lawan jangka
panjang (short term vs long term). Dalam paradigma ini, pengambilan
keputusan cenderung didasarkan pada analisis objektif data dan informasi yang
tersedia untuk mencapai hasil yang optimal.
Tiga prinsip pengambilan keputusan yang berpedoman
kepada pada Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara adalah Ing Ngarso Sung
Tulodo, Ing Karso, Tut Wuri Handayani. Artinya, seorang guru
harus mampu memberikan contoh baik atau teladan bagi peserta didik dan guru
diharapkan mampu mengambil keputusan yang tepat serta bijaksana dan
berpihak kepada murid, sehingga murid dapat mengembangkan minat, bakat sesuai
dengan potensi yang dimilikinya. Sembilan langkah pengambilan dan pengujian
keputusan. Selanjutnya segala keputusan haruslah di ambil secara tepat dan
bijaksana karena sebagai seorang pemimpin pembalajaran membutuhkan pengujian yang
sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yang etis . Terdapat Sembilan
langkah pengambilan pengujian keputusan dalam dilemma etika yaitu
(1) mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling
bertentangan dalam situasi tertentu,
(2) menentukan siapa yang terlibat dalam situasi
tersebut,
(3) mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan
situasi tersebut,
(4) melakukan pengujian benar atau salah,
(5) melakukan pengujian paradigma benar dan benar,
(6) melakukan prinsip resolusi,
(7) investigasi Opsi Trilema,
(8) membuat keputusan, dan
(9) melihat kembali keputusan itu, lalu refleksikan.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda
menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema?
Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah
menerapkan pengambilan keputusan dalam situasi moral dilema yaitu ketika
menghadapi siswa yang berbuat kesalahan namun kesalahan yang ia lakukan
disebabkan oleh ketidaktahuannya terhadap apa yang tidak boleh dilakukan. Namun
saya harus memberikan dia sanksi atau hukuman sebagaimana siswa lain yang
melakukan kesalahan yang sama tetapi dilakukan secara sadar, sehingga saya
merasa tidak nyaman dalam atas keputusan tersebut karena bertentangan dengan
hati saya sendiri. Setalah saya mempelajari modul ini ternyata saya mulai
mengetahui dan menyadari keputusan yang pernah saya lakukan pada kasus di atas
adalah tidak tepat. Saat ini dalam pengambilan keputusan saya mulai melakukan
pendekatan pengelolaan kelas dan proses pembalajaran . Sebagai Guru
penggerak kedepan saya juga harus selalu memotivasi siswa dan menciptakan
lingkungan pembelajaran yang efektif, harus menggunakan pengambilan keputusan
yang berprinsip menang-menang atau benar-benar. Sehingga pengambilan keputusan
selalu berfokus pada kepentingan siswa dan tujuan pembelajaran. Saya harus
lebih banyak memahami kebutuhan siswa, kemampuan mengelola kelas, serta
kemampuan untuk merespons dan menyesuaikan rencana pembelajaran sesuai kebutuhan
siswa selain itu saya akan terus mengevaluasi, dan merefleksi karena itu
merupakan bagian penting dari proses pengambilan keputusan guru untuk
meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di kelas sehingga suasana
kelas menjadi menyenangkan. Itulah perbedaan yang saya rasakan setelah
mempelajari modul ini.
Bagaimana dampak mempelajari
konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda
dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Secara jujur saya mengakui bahwa setelah mengikuti
program Pendidikan guru penggerak ini terutama mempelajari topik tentang
pengambilan keputusan telah memberikan pencerahan yang sangat besar terhadap
cara berpikir dan cara pandang saya terhadap satu permasalaha yang perlu
mendapat resolusi. Sebelumnya saya cenderung memandang bahwa pengambilan
keputusan adalah berada ditangan atasan saya seperti kepala sekolah. Adapun
saya sebagai guru hanyalah pelaksana dari keputusan yang telah dibuat oleh
pimpinan sekolah, dan guru tidak banyak terlibat dalam proses tersebut. Namun
ternyata setelah saya mempelajari modul ini secara lebih serius, apalagi dengan
bimbingan pengajar praktik dan fasilitator yang sangat bagus telah merubah cara
pandang saya dan memiliki paradigma baru dalam pengambilan keputusan. Bahwa
kita sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu dan dapat membuat keputusan yang
menguntung peserta didik dalam konteks memerdekakan mereka secara humanistik
agar terjadi peningkatan kapasitas belajar yang optimal berdasarkan potensi
yang dimiliki oleh masing-masing mereka. Tidak seperti pada kebiasaan lama
yaitu pengambilan keputusan lebih pada kepentingan egoisme guru dan kerap
menggunakan pendekatan sanksi/hukuman, yang pada akhirnya telah melumpuhkan
daya kritis mereka dan menghancurkan motivasi belajar peserta didik.
Seberapa penting mempelajari topik
modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Menurut pendapat saya, mempelajari topik modul ini
sangat penting artinya baik bagi saya sebagai individu ataupun sebagai seorang
pemimpin. Ada beberapa alasan dan argumentasi reflektif yang dapat saya
utarakan. Diantaranya adalah dalam modul yang dipelajari berkaitan dengan
topik pengambilan keputusan, di sini kita ditanamkan pengambilan keputusan yang
berbasis pada nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Kemudaian modul
pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang
pemimpin dapat membantu kita memahami pentingnya integritas dan etika dalam
proses pengambilan keputusan itu sendiri seperti nilai-nilai seperti kejujuran,
keadilan, dan tanggung jawab yang ditekankan sebagaimana dipelajari pada
modul-modul sebelumnya, terutama dalam filosofi Ki Hajar Dewantara, menjadi
dasar penting dalam pengambilan keputusan yang etis dan bermoral. Visi
pendidikan yang berorientasi pada siswa seperti pengambilan keputusan dan
nilai-nilai guru penggerak menekankan pentingnya berfokus pada kepentingan
siswa.
Leave a Comment